Pengobatan holistic atau holistic medicine didasarkan atas dua hal
yaitu pengobatan fisik dan pengobatan psikis dan keduanya sangat erat
hubungannya. Seperti yang pernah dikatakan oleh ahli filosofi Plato,
“Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa mengobati fikirannya”.
Pemikiran ini sangat mengena terutama pada para penderita penyakit
berat, termasuk didalamnya penderita kanker. Badan yang sakit akan
mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga demikian. Badan yang sehat juga
akan berpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian juga sebaliknya.
Ilmu
pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan
mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia. Orang yang berada pada
tingkat emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit,
karena tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang
buruk tadi. Kondisi emosi yang positif, penuh pengharapan, akan
meningkatkan daya tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut, dan
pasrah, akan menurunkan daya kekebalan tubuh.
Perubahan
kondisi emosi ini akan diteruskan didalam rangkaian proses biokimia di
dalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga terjadi, di mana perbaikan
sel-sel ditubuh kita akan juga dapat memperbaiki tingkat emosional dan
fikiran kita. Dengan pemahaman diatas, pengobatan yang menyeluruh
[holistic] adalah merupakan cara penyembuhan yang perlu diupayakan, di
mana keduanya diperbaiki dalam waktu yang bersamaan.
Untuk
itu pemahaman akan kondisi psikis yang terjadi bagi penderita penyakit
berat ini perlu diketahui, bukan saja oleh para penderita, tetapi juga
bagi keluarga, orang disekelilingnya dan para dokter atau orang yang
turut membantu penyembuhan penderita ini.
TAKUT
Kondisi
emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker
adalah perasaan takut. Hal ini sangat beralasan dan sepenuhnya gampang
dimengerti. Tingkat ketakutan yang terjadi sangat tinggi dan melebihi
seluruh jenis penyakit yang ada. Mengapa demikian? Penderita yang
divonis mengidap kanker dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan hidup
yang kecil, namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan.
Hal ini sangat menakutkan. Pada umumnya setiap orang pasti telah pernah
melihat pasien2 kanker yang menderita secara fisik pada masa
pengobatan, menjalani treatment yang melelahkan dan menyakitkan dengan
efek sampingan yang mengerikan tanpa perubahan yang berarti, mendengar
biaya pengobatan yang sangat mahal tanpa kepastian penyembuhan.
Masalah
penerimaan pasien atas berita diagnosa penyakit ini juga diperburuk
bila cara penyampaiannya juga dilakukan dengan cara buruk. Pada umumnya
dokter2 jarang yang dapat menyampaikan berita buruk dengan cukup “baik”.
Mereka memang tidak terdidik untuk ini dan karena itu mereka akan
menyampaikannya dengan singkat dan “dingin”. Dokter2 sebenarnya tidak
menyukai pekerjaan ini, namun merupakan bahagian dari pekerjaannya dan
akhirnya harus melakukannya tanpa tau caranya. Pada saat pemberitahuan
hasil diagnosa buruk ini, pasien sangat memerlukan kehangatan dan moral
support yang dapat mencegah penurunan kondisi emosionalnya. Para dokter
ini tidak pernah dididik untuk berkomunikasi dengan pasiennya, terutama
dalam penyampaian hal2 kritis seperti ini. Pada umumnya, dokter hanya
mengandalkan kemampuan natural yang dimilikinya, tanpa benar2 dilatih.
Pasien dilain pihak selalu lebih menghormati dokter yang dapat
berkomunikasi baik, daripada yang tidak [walaupun secara teknis sama
baiknya atau lebih baik]. Ini adalah dilema yang panjang.
Tanpa
adanya komunikasi yang baik, pasien2 yang diopname di rumah sakit pada
umumnya merasa tidak berdaya, tertekan dan pasrah atas apa saja yang
akan dilakukan oleh dokter atau system pengobatan yang ada. Hal ini
sangat merugikan pasien dan memperparah kondisi kesehatannya.
Penelitian
menunjukkan bahwa kondisi psikis seseorang yang buruk sekali juga dapat
menyebabkan munculnya penyakit kanker. Penelitian menunjukkan bahwa
penyakit kanker dapat muncul dalam waktu kurang dari 18 bulan terhadap
orang2 yang mengalami masalah hidup seperti kehilangan pekerjaan,
pensiun, cerai, kematian keluarga dan masalah hidup lainnya. Hal ini
terjadi sering disebut sebagai jebakan hidup [life trap], di
mana seseorang tiba2 merasa terperangkap didalam situasi yang sangat
sulit dan tidak dapat keluar dari dalamnya. ”Saya rasanya lebih baik
mati saja,” begitu kata penderita ini.
Salah satu therapy
pengobatan kanker yaitu German New Medicine mengkhususkan diri dalam
therapy pengobatan psikis, karena percaya dan membuktikan bahwa
timbulnya penyakit berat adalah diakibatkan oleh kondisi otak seseorang
yang luka akibat kejadian psikis yang terjadi dan tidak diantisipasi
oleh penderita. Pengobatan psikis ini ternyata langsung dapat
menyembuhkan penyakit fisik yang ada.
TEKANAN FIKIRAN [STRESS]
Apakah
kondisi stress dapat mengakibatkan kanker? Sejumlah ahli berpendapat
bahwa stress secara langsung dan sendirian, kemungkinan tidak dapat
menimbulkan kanker, namun bila kondisi pasien tidak memiliki daya
kekebalan tubuh yang baik, apakah akibat fungsi organ yang tidak baik,
nutrisi yang tidak baik, gaya hidup yang tidak baik, maka stress dapat
saja menjadi pemicu terjadinya kanker atau penyakit berat lainnya dengan
mudah.
Bila penyakit berat ini berhubungan langsung
dengan kematian, maka kondisi ini menimbulkan tekanan fikiran lanjutan
bagi penderita. Ada 5 macam fase reaksi manusia bila ia dihadapkan
dengan kematian. Fase pertama adalah Penyangkalan [denial]. Umumnya
orang ini akan berkata “Saya baik-baik saja koq. Ini diagnosa yang
salah.” Sikap ini biasanya temporer saja. Fase kedua, orang ini akan
Marah, dan berkata “Mengapa saya?” Fase ketiga, bersikap Menawar. “Saya
rela mati, tetapi kalau boleh berikan saya waktu sedikit...” Fase
keempat, Depresi. Orang ini akan menyendiri, tidak berkomunikasi, tidak
merasakan cinta maupun perhatian yang diberikan orang di sekelilingnya.
Pada saat ini tidak ada gunanya menghibur pasien ini. Dia perlu berdamai
dengan dirinya sendiri. Fase terakhir adalah Menerima, di mana pasien
akan berkata “Baiklah, saya akan hadapi dengan sebaik-baiknya.”
Fase-fase di atas tadi tidak selalu secara teratur dilalui, dapat saja
dilampaui dengan cepat dari fase 1 ke 4 misalnya, tergantung dari
kondisi psikis pasien.
Pengamatan dilakukan terhadap
sejumlah pasien kanker payudara yang telah melalui proses mastektomi
untuk melihat perkembangan mereka. Pengamatan menunjukkan bahwa ada 4
kategori kondisi para pasien yaitu pasien yang berjuang untuk
kesembuhan, pasien yang “menyangkal” bahwa kondisinya buruk, pasien yang
“pasrah” akan keadaan kesehatannya, dan terakhir adalah pasien yang
tidak lagi berharap sembuh. Dalam waktu 5-10 tahun kemudian survey
menunjukkan bahwa 80% dari golongan pertama yaitu yang berjuang untuk
kesembuhannya benar2 sembuh dan hanya 20% dari group terakhir yang tidak
berharap sembuh menjadi sembuh.
Penelitian lainnya juga
menunjukkan fenomena yang sangat menarik: 15-20% pasien kanker secara
sadar atau tidak sadar berharap untuk mati, 60-70% dari mereka berharap
untuk sembuh tetapi hanya pasif dan berharap agar para dokter saja yang
bekerja menyembuhkannya. Sisanya 15-20% pasien adalah pasien2 yang tidak
ingin menjadi korban penyakit ini, yang secara aktif terus menerus
mencari cara penyembuhan yang mungkin, tidak selalu menuruti saran para
dokter, ingin mengontrol dirinya sendiri, rajin bertanya. Pasien2 yang
tidak kooperatif dan susah diatur, pada umumnya memiliki kemungkinan
sembuh yang tinggi. Mereka ini memiliki system kekebalan tubuh yang
tinggi akibat dari sikapnya tadi.
BAGAIMANA CARA MENGHADAPI HAL INI?
Penjelasan
atau cara yang dibutuhkan disini tidak akan dibuat secara rinci dan
hanya berupa ulasan umum yang perlu didalami lagi. Seseorang harus dapat
mengendalikan fikirannya sendiri. Fikiran manusia dapat menjadi teman
dan juga sebaliknya dapat menjadi musuhnya sendiri. Cara pengendalian
ini umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan
diri sendiri melalui visualisasi dan cara2 lain. Yoga atau cara meditasi
lain terbukti dapat membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan
seterusnya membangun sikap mental yang baik terhadap tantangan fisik
yang ada. Salah satu teknik yang dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will],
di mana secara mental seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk
percaya seyakin-yakinnya bahwa ia dapat menghadapi tantangan ini,
terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai macam penyakit. Teknik2
pengendalian fikiran banyak tersedia dan dapat dipelajari dan terbukti
sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai penyakit.
Pada
saat yang sama juga diharapkan pasien dapat memperbaiki kondisi
fisiknya dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik dan maksimal,
mengkonsumsi bahan2 atau obat penyembuh dan sebaliknya sudah menghindari
sumber atau potensi penyakit yang diidapnya berupa lingkungan yang
tidak sehat, nutrisi yang toxic dsb, sehingga proses penyembuhan terjadi secara parallel antara fisik dan psikis.
Berdoa
juga terbukti sangat ampuh untuk menolong kesembuhan. Penelitian selalu
menunjukkan bahwa pasien yang berdoa atau berbicara kepada khaliknya
yang lebih tinggi, terbukti persentase kesembuhannya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki agama atau tidak percaya
pada Tuhan.
Berdamai dengan diri sendiri melalui meditasi
maupun visualiasi dan afirmasi juga dapat membebaskan diri dari rasa
takut, marah, dan kecewa, yang sangat erat hubungannya dengan kondisi
penyakit [lihat contoh German New Medicine].
Berbagai
cara, teknik dan therapy kejiwaan dan psikologi perlu dan dapat
diterapkan untuk membantu seseorang untuk merawat dan menyembuhkan
jiwanya dan pada gilirannya akan meningkatkan kekebalan tubuhnya sendiri
dan membantu penyembuhan penyakit yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar